Tentang Film Tilik dan Cream
Siapa yang gak kenal film tilik hari ini? Film yang sudah ditonton sebanyak 23 juta orang hingga hari ini sukses membuat tokoh “Bu Tejo” menjadi viral di nusantara. Mengangkat kisah kehidupan sehari-hari di masyarakat banyak sekali nilai moral yang didapatkan dari film ini. Berkisah tentang sekumpulan ibu-ibu yang tengah menjenguk ibu lurahnya yang dirawat di rumah sakit menggunakan truk, tokoh Bu Tejo yang diperankan Siti fauziah sukses membuat penonton menjadi greget dengan sikap dan gayanya mengumbar cerita mengenai dian.
“Tilik”
yang artinya jenguk dalam Bahasa Jawa ini merupakan tradisi di kampung-kampung
daerah jawa tengah. Saya sendiri sebenarnya baru tau kalau ada tradisi ini. Walaupun
merupakan film pendek berdurasi 30 menit, saya benar-benar mendapatkan kesan dari
kisah yang diangkat, nilai gotong royong yang diciptakan sangat kental dengan
tradisi masyarakat Indonesia. Lucunya, kebiasaan ini dijadikan ajang gibah oleh
para ibu-ibu selama di perjalanan. Hal ini sangat lekat dengan kehidupan
masyarakat Indonesia saat ini, yang dimana Indonesia yang merupakan salah satu
negara pengguna media sosial terbanyak di dunia, Intensitas pengguna melakukan
komunikasi dan mendapatkan informasi dari media social menjadi tinggi, hal ini
mengakibatkan banyak sekali kesalahpahaman mengenai informasi yang didapat dari
media social disebabkan masyarkat yang belum bisa menyaring informasi dengan
baik.
Alhasil,
informasi yang didapat dari Internet menjadi bahan gibahan orang-orang walaupun tidak tahu kebenaranya. Sedang korban
yang digibahin jadi terintimidasi dan terganggu psikisnya, tau gak? Sama halnya
di korea, fenomena ini menjadi salah satu penyebab kasus bunuh diri di korea looh,
hal ini saya dapatkan dari seorang vlogger asal korea yang me-review film Tilik
ini. Makanya hati-hati ya sama lisan, jangan sampai lisan kita menyakiti hati
seseorang, nahloh kalo nanti di akhirat dipertanggung jawabkan, kita mau bilang
apa? hmmmm
Bagaimanapun, film Tilik sukses membuat saya semakin kagum dengan kearifan lokal Indonesia, memberi banyak pesan moral khususnya di masa kini. Wajar saja film Tilik ini ternyata sudah mendapatkan penghargaan Piala Maya Thn 2019 dan menjadi perwakilan resmi dalam JOGJA NETPAC Asian Film Festival 2018 serta World Cinema Amsterdam 2019. Waah karya anak bangsa yang sangat patut diapresiasi dan dibanggakan.
Tentang Film Cream
Sama
halnya dengan film Cream, film pendek garapan David Firth asal Inggris ini
sukses ditonton 12 juta orang di kanal youtubenya, juga mengangkat isu terkini
di masyarakat. Animasi berdurasi 10 menit namun mampu memberi kesan mendalam
bagi penontonnya. Berkisah tentang seorang ilmuan yang berhasil menemukan
sebuah cream yang mampu mengatasi segala kesulitan di muka bumi. Awalnya, saya
sangat terkejut saat menonton, karna banyak sekali hal di luar logika, terutama
mengenai cream yang bisa dimanfaatkan untuk segala macam. Namun, saya mengerti
bahwa penulis ingin memberikan pesan tersirat melalui film ini. Bayangkan saja
cream ini bahkan bisa mengkloning manusia, memperbaiki kemiskinan, kekeringan,
menghidupkan orang mati dan berbagai keadaan lainya, akhirnya membuat
orang-orang menjadi ketergantungan, dan membuat beberapa pihak iri sampai
menyebarkan isu di media bahwa produk tersebut mampu menyebabkan penyakit AIDS/HIV,
bahkan beredar kabar produk tersebut terbuat dari mayat bayi dan pembuatnya
adalah seorang pemerkosa, lalu kerusuhan mulai terjadi, Ilmuan sang pembuat
cream tersebut harus dipenjara.
Film
ini mengingatkan saya dengan sifat manusia yang tidak pernah puas,
menggambarkan manusia jaman sekarang yang serba instan, dan berbagai kebohongan
yang tak kasat mata menjadi sebuah kebenaran dari para elite global demi
kepentingannya sendiri.
#ODOP
#Challenge
Komentar