Aneh tapi Nyata
Di zaman era millennial ini siapa sih yang masih percaya hal-hal magis? klenik? Pergi ke dukun dengan kepercayaan bisa mendatangkan kekayaan atau bersekutu dengan jin mengerjai orang. Harusnya sih… semakin modern, pola pikir masyarakat kita juga semakin rasional. Tapi, nyatanya masih banyak orang-orang yang masih bertahan dengan kepercayaan-kepercayaan tersebut. Maaf, bukan ranah dan maksud saya untuk menghakimi orang-orang yang masih percaya dengan hal-hal magis seperti ini. Tapi, saya rasa perlu sekali saya menceritakan pengalaman saya mengenai hal tersebut.
Katanya,
yang kita sebut dengan ‘orang dulu’ itu masih sangat kental dengan hal-hal magis,
ya ini terjadi pada almarhum kakek saya. Maka, tak heran, banyak sekali
benda-benda pusaka peninggalannya seperti keris, tulis-tulisan arab (yang
katanya bisa memerikan manfaat), cincin-cincin dan batu akik. Setelah
kepergiannya tentu saja kami tidak mengerti dengan hal-hal tersebut, dan benda-benda
itu masih disimpan di rumah kami.
Saya
yang dulu pernah nyantri tentu heran dan bertanya-tanya mengenai ini, “Ini
musyrik gak sih? Apa perlu di buang saja?” pertanyaan-pertanyaan tersebut terus
terngiang di benak saya. Selama saya menjadi santri dulu, saya diajarkan bahwa
perbuatan syirik tentu sangat diharamkan dalam Agama Islam, dan tentu saja
sangat mengikis iman kita. Yaa, walaupun di rumah kami benda-benda peninggalan
itu hanya sebatas tersimpan dan tidak digunakan, tetap saja ada perasaan
janggal mengenai hal tersebut. Akhirnya pertanyaan-pertanyaan tersebut belum
sempat terjawab, saya sempat bertanya kepada orang tua dan mereka bilang,
“kalau dibuang takut terjadi apa-apa, kita gak ngerti”. Saya memahami pendapat
tersebut, yang toh saya pun juga tidak mengerti.
Suatu
ketika, ibu saya mengalami sakit di pinggangnya akibat jatuh dari kursi,
pergilah kami ke ahli pijat yang tempatnya sudah cukup terkenal di kalangan
masyarakat Jakarta. Beberapa kali kami ke tempatnya dan sudah merasa cocok, “Bu
Haji” panggilan akrabnya. Hari itu, setelah beberapa kali kami pergi ke tempat
Bu Haji, antrian sangat panjang di hari minggu, dan kami sengaja datang di
malam hari dengan harapan antrianya sudah mulai berkurang.
Ternyata,
setelah magrib kami datang ke tempat Bu Haji, antrian juga masih panjang. Lalu
kami masuk ke dalam, masih ada sekitar empat pasien lagi, kemudian tibalah satu
pasien lagi yang setelahnya adalah giliran ibu saya, ibu-ibu itu langsung
ditangani Bu Haji, tapi kemudian saya menjadi merinding tiba-tiba ketika
ternyata pasien yang sedang ditangani Bu Haji itu kerasukan katanya, seisi
ruangan itu dan saya pun hanya bisa berdzikir, meminta pertolongan Allah,
takut-takut hal tersebut menimpa kami juga. “pantas ada yang beda dari tatapan
ibu tadi saat saya masuk” firasat saya mengatakan.
Setelah
pasien yang ditangani bu haji sudah sadar, ia tiba-tiba bilang “loh kok saya
ada di sini, ini dimana? Saya dateng sama siapa?”. Begitulah pasien itu
mengatakan. Keadaannya sudah membaik dan sudah terlihat ceria tidak seperti
sebelumnya. “ saya mah emang sering begini bu, maaf-maaf ya bu kalau nakutin,
saya kan pedagang, suka di kirim-kirim sama orang-orang, padahal saya dagang
lillahi ta’ala loh bu, jujur” katanya begitu. Saya yang mendengarnya pun kesal,
masih saja ada orang-orang seperti mereka yang sampai iri hingga bersekutu
dengan jin, Ya Allah lindungilah kami dari perlakuan orang-orang zhalim seperti
itu…
Setelah
pasien tersebut, saya pun jadi semakin penasaran setelah mengetahui kalau Bu
Haji punya keahlian menyembuhkan orang seperti itu. Lalu saya bertanya perihal
ibu saya yang suka mengigau dan ‘rep repan’ saat tidur. “ ini kayaknya rumah
kamu hawanya gak enak” kata bu Haji. “buang-buangin tuh jimat-jimat”, jelas Bu
Haji. “Iya bu, itu peninggalan kakek saya dulu, kita mah gak tau apa-apa”.
Terang saya. “Buang ke laut, kalau gak dibuang takutnya berdampak ke kelurga
sendiri, bisa ada yang sakit-sakitan ganti-gantian, atau orang rumahnya jadi
gampang emosi,”, Bu Haji menjelaskan. Dan benar saja, beliau bahkan benar-benar
tahu perihal keadaan rumah saya sebelum saya mengatakannya kepada beliau. Sejak
saat itu saya dan ibu saya benar-benar bertekad membuangnya ke laut, “Bismillah
niat baik kita lepas dari hal-hal semacam ini”. Dan Alhamdulillah…setelah
pulang ke rumah ayah dan ibuku mulai mengumpulkan benda-benda pusaka tersebut
dan membuangnya ke laut.
Saya
menuliskan hal ini, semoga bisa menjadi wawasan bagi kita semua, agar apa yang
terjadi pada keluarga saya tidak terjadi pada keluarga anda. Wallahu ‘alam,
semoga ini bisa menjadi perantara untuk kamu yang membutuhkan informasi ini
untuk terbebas dari hal-hal syirik yang diharamkan oleh Allah swt.
Komentar