Kenangan
Gadis itu termenung mengenang peristiwa yang
telah dilaluinya selama 20 tahun ini, “
aish..20 tahun” pikirnya seraya tersenyum tipis. Peristiwa demi peristiwa
terlintas dibenaknya terkadang membuatnya tertawa sendiri, terkadang tak ingin
mengingatnya kembali. 2 tahun terakhir ini banyak sekali yang dipikirkannya,
kehidupan memaksanya untuk berpikir keras. Bertemu dengan banyak orang dengan
berbagai latar belakang membuatnya belajar, entah belajar bagaimana memaknai
kehidupan, tapi ia belum sejauh itu, ia hanya senang mengenali karakter dan
kebiasaan orang-orang disekitarnya, seperti sedang mencari keunikan-keunikan
yang dimiliki tiap orang.
Akhirnya kenangan itu kembali pada 3 tahun lalu,
salah satu kenangan yang berkesan baginya. Peristiwa sepele tapi sangat diingat
betul olehnya. Saat itu ia tengah duduk dibangku SMA, berkerudung menjadi
pilihan busananya tiap hari, tidak seperti anak seumurannya yang senang sekali
berdandan. Ia tampil seadanya. Bahkan kerap kali menggunakan rok yang sobek,
“asal tidak keliatan” pikirnya. Ia Bukannya tidak mampu membeli rok baru, hanya
saja ia memang orang yang cuek dan malas untuk menjait rok itu. Teman-teman
dekatnya sudah tau betul dengan karakternya yang demikian. Terkesan berantakan,
gak peka, ceroboh, lelet karakter-karakter seperti itu melekat pada gadis itu,
orang yang masuk kamarnya akan tahu bagaimana karakter aslinya. gadis itu hanya
merapikan barangnya jika ia sudah merasa risih dengan kamarnya sendiri. Tapi ia
bukan tidak suka dengan kebersihan, bukan tidak suka dengan kerapihan, hanya
saja ‘Malas’ menjadi teman karibnya. Kenangan berkesan itu dimulai ketika ia
bertemu ina, ina adalah teman dekatnya, karakternya berbanding terbalik sekali
dengan gadis itu, dengan kedisiplinan dan ketekunan menjadikan ina dianggap
dewasa oleh teman-temannya. Suatu ketika ina yang sedang ngobrol dengan gadis
itu menawarkan diri “ sini roknya biar aku jaitin ”, sontak gadis itu melihat
roknya, tersentuh dengan yang didengarnya barusan. “beneran nih?”, gadis itu
berusaha memastikan. “ iya beneran”. Alih-alih merasa tidak enak hati gadis itu
bertanya lagi. “kamu mau apa? Aku traktir deeh hehee”. Ina mencoba meyakinkan
“apaan si gak usah aku ikhlas kok”. Bagi gadis itu jarang sekali bisa menemukan
teman seperti ina. Ada banyak teman yang dekat dengannya ketika suka, belum
tentu ada ketika duka. Ina menawarkan kebaikannya dengan cuma – cuma , gadis
itu sangat mengapresiasi sikap ina padanya, kepeduliannya tinggi. walaupun menurutnya
itu sepele tapi sangat membuat gadis itu terkesan. “ah aku belajar darimu na,
semoga kamu bisa jadi sobatku sampai diSana”, pikir gadis itu.
Komentar